Back to top

Sabbath Bible Lessons

Pelajaran dari Surat Petrus (I)

 <<    >> 
Pelajaran 1 Sabat, 6 April, 2024

Seorang Rasul dari Yesus Kristus

AYAT HAFALAN: “Tuhan berkata, Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu.” (Lukas 22:31, 32).

“Adalah setelah Petrus telah dipimpin kepada penyangkalan diri dan bergantung seluruhny pada kuasa ilahi, sehingga dia telah menerima panggilannya untuk bertindak sebagai gembala bawahan. . . . Tidak hingga dia telah menyadari kelemahannya, dapatlah dia tahu kebutuhannya si pemercaya untuk bergantung pada Kristus.”—The Acts of the Apostles, p. 515.

Bacaan Dianjurkan:   The Desire of Ages (Kerinduan Segala Zaman), pp. 244–251. 

Minggu 31 Maret

1. MENANGGAPI PANGGILANNYA KRISTUS

a. Terangkan pertemuan pertama Simon Petrus dengan Yesus. Yohanes 1:40–42.

“Andreas berusaha membagikan sukacita yang telah memenuhi hatinya. Seraya mencari Simon saudaranya, dia berseru, ‘Kita sudah menemukan Messias.’ Simon tidak menunggu panggilan kedua. Dia juga telah mendengarkan khotbah dari Yohanes Pembaptis, dan dia bergegas menemui sang Juruselamat. Mata Kristus menatapinya, membaca karakternya dan sejarah hidupnya. Sifatnya yang suka ikuti kata hatinya, kasihnya, hati simpatinya, ambisinya dan percaya dirinya, sejarah kejatuhannya, pertobatannya, pekerjaan-pekerjaannya, dan kematian martirnya—sang Juruselamat membaca itu semua.”—The Desire of Ages, p. 139.

b. Dalam keadaan-keadaan apakah Yesus secara resmi memanggil Petrus dan saudaranya untuk men-jadi murid-muridNya? Matius 4:18–20.

“Penurutan segera, tanpa bertanya-tanya dari orang-orang ini, dengan tiada janji upah, tampaknya luar biasa hebat; tapi kata-kata Kristus adalah undangan yang membawa besertanya kuasa yang mendorong, Kristus mau membuat nelayan-nelayan yang sederhana ini, berhubungan dengan diriNya sendiri, untuk menjadi alat-alat un-tuk mengeluarkan manusia-manusia dari pelayanan Setan, dan menempatkan mereka dalam pelayanan Tu-han.”—Gospel Workers, p. 24.


Senin 1 April

2. SEORANG MURID YANG TULUS DAN BERSEMANGAT

a. Bagaimana Petrus melihat dirinya sendiri pada awal pemuridannya? Lukas 5:8.

“Pada zaman Kristus para pemimpin relijius dari umat merasa bahwa mereka kaya dalam harta rohani. Doa orang Farisi, ‘Ya Tuhan, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini’ (Lukas 18:11, R.V./TB), menyatakan perasaan dari golongannya dan, hingga sebagian besar, dari seluruh bangsa ini. Tapi da-lam banyak orang yang mengelilingi Yesus ada beberapa orang yang merasakan kemiskinan rohani mereka. Ketika dalam mujizat amat banyak ikan kuasa ilahi dari Kristus dinyatakan, Petrus tersungkur di kaki Ju-ruselamat, seraya berseru, ‘Ketika Simon Petrus melihat hal itu ia pun tersungkur di depan Yesus dan berkata: "Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa.’ (Lukas 5:8); begitu juga dalam amat banyak orang yang berkumpul di atas bukit ada jiwa-jiwa yang, di hadapan kesucianNya, merasa bahwa mereka ‘melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang,’ (Wahyu 3:17).”—Thoughts From the Mount of Blessing (Khotbah Di Atas Bukit), pp. 6, 7.

b. Apa yang Petrus percayai mengenai siapakah Yesus sebenarnya? Matius 16:13–16.

“Sejak pertama kali, Petrus telah mempercayai Yesus sebagai Mesias. Banyak orang lain yang telah di-yakinkan oleh pekabaran Yohanes Pembaptis, dan telah menerima Kristus, mulai meragukan misinya Yohanes ketika dia dipenjarakan dan dihukum mati; dan mereka sekarang meragukan bahwa Yesus adalah Mesias. . . . Banyak murid yang sudah dengan bernafsu mengharapkan Yesus akan mengambil tempatNya di tahta raja Daud telah meninggalkan Dia ketika mereka memahami bahwa Dia tidak punya maksud demikian Tapi Petrus dan kawan-kawannya tidak berpaling dari kesetiaan mereka. Sikap naik turun dari mereka yang memuji kemarin dan menghakimi hari ini tidak membinasakan iman dari pengikut sejati sang Juruselamat. Petrus menyatakan, ‘Engkau adalah Kristus, Putra Bapa yang hidup.’ Dia tidak menunggu kehormatan kerajaan untuk memahkotai Tuhannya, tapi menerimaNya dalam kerendahanNya. . . .

“Jesus menjawab Petrus, seraya berkata, ‘Diberkatilaih engkau, Simon Bar-jona: karena daging dan darah tidak menyatakan itu kepadamu, tapi BapaKu yang di surga.’

“Kebenaran yang Petrus telah akui adalah pondasi/dasar dari iman si pemercaya. Itulah apa yang Kristus sendiri telah menyatakan sebagai hidup yang kekal. Tapi kepemilikan pengetahuan ini bukanlah alasan untuk puja-puji diri sendiri. Bukan karena hikmat atau kebaikan dari dirinya sendiri sehingga ini telah dinyatakan kepada Petrus. Tak pernah umat manusia bisa, dari dirinya sendiri, memperoleh sebuah pengetahuan yang ilahi. . . . Hanyalah roh adopsi yang bisa menyatakan kepada kita perkara-perkara mendalam tentang Tuhan. . . . Fakta bahwa Petrus telah memahami kemuliaan Kristus adalah bukti bahwa dia telah ‘diajar oleh Bapa.’ ”—The Desire of Ages, pp. 411, 412.


Selasa 2 April

3. MERINDUKAN JAWABAN-JAWABAN

a. Apa contoh-contoh dalam Alkitab yang menunjukkan pikiran Petrus yang suka bertanya dan menyatakan bagaimana kita bisa bertumbuh dengan mengembangkan sikap yang sama? Matius 15:15; 18:21; 19:27; Markus 13:3, 4.

“Tiada pelajaran lain yang akan sangat meluhurkan setiap pemikiran, perasaan, dan aspirasi seperti pelajaran Alkitab. . . . Di sini kita belajar bagaimana memperbaiki kehidupan masa kini dan bagaimana mengamankan ke-hidupan yang akan datang. Tiada buku lain yang bisa memuaskan pertanyaan-pertanyaan dari pikiran dan ker-induan hati. Dengan memperoleh sebuah ilmu pengetahuan tentang firman Tuhan, dan mengindahkannya, orang-orang bisa bangkit dari kedalaman kebodohan dan kemerosotan terendah untuk menjadi putra-putri Tu-han. . . .

“Sebagai satu kuasa yang mendidik. Alkitab adalah tanpa saingan. Tiada apapun yang akan sangat mem-berikan semangat dan kesehatan kepada semua kecakapan ketika meminta para pelajar untuk memahami kebenaran-kebenaran menakjubkan dari wahyu. Pikiran berangsur-angsur menyesuaikan dirinya dengan pokok-pokok pelajaran yang pikiran renungkan. Pikiran jika disibukkan dengan hanya soal-soal biasa, dengan mengabaikan tema-tema yang agung dan mulia, maka pikiran akan menjadi kerdil dan lemah. Jika tak pernah diminta untuk bergulat dengan masalah-masalah yang sulit, atau dikerahkan untuk memahami kebena-ran-kebenaran yang penting, maka pikiran akan, setelah suatu waktu, menjadi hampir hilang kekuatan pikiran untuk bertumbuh. . . .

“Dalam firman Tuhan pikiran menemukan subyek pelajaran dengan pemikiran terdalam, aspirasi ter-mulia.”—Testimonies for the Church, vol. 5, pp. 24, 25.

“Orang yang paling suka bertanya bisa dengan aman belajar di sekolah Kristus apa yang akan terbukti men-jadi kebaikan bagi masa kini mereka dan kebaikan mereka untuk hidup yang kekal.”—An Appeal to Mothers, p. 32.

b. Sementara sifat ingin tahu dalam soal-soal spiritual diberanikan (Yohanes 5:39), kapan sifat manusia yang ingin tahu punya batasnya? Ulangan 29:29.

“[Satan] terus berupaya untuk membangkitkan roh ingin tahu yang tak hormat, gelisah, ingin tahu untuk menembus rahasia-rahasia hikmat dan kuasa ilahi. Dalam upaya-upaya mereka untuk menyelidiki apa yang Tu-han telah senang untuk tahan, amat banyak orang mengabaikan kebenaran-kebenaran yang Dia telah menyatakan, dan yang mana penting untuk keselamatan.”—Patriarchs and Prophets, pp. 54, 55.

“Kita tak boleh berupaya mengangkat dengan tangan lancang itu tirai yang di seberang mana Dia selubungi dengan keagunganNya. . . . Adalah bukti dari kemurahanNya sehingga ada kuasaNya yang disembunyikan, yang Dia selimuti dalam awan-awan rahasia dan ketidakjelasan; karena untuk mengangkat tirai yang menutupi Hadirat Ilahi berarti mati.”—The Review and Herald, April 7, 1885. 7


Rabu 3 April

4. IMAN YANG KECIL, BERARTI BANYAK PERCAYA KEKUATAN DIRI SENDIRI

a. Apa yang kita harus pelajari dari catatan pertamanya Petrus tentang berjalan dengan iman? Matius 14:28–31.

“[Petrus] seharusnya memusatkan matanya terangkat ke arah Yesus; tapi dia memandang ke bawah pada ombak dan gelombang yang ganas, dan imannya gugur.”—Testimonies for the Church, vol. 2, p. 273.

“Kecuali dia membuatnya menjadi bisnis kehidupannya untuk memandang Juruselamat yang ditinggikan, dan oleh iman menerima jasa-jasa yang mana adalah hak istimewanya untuk mendapatkannya, maka orang ber-dosa tak bisa lebih diselamatkan daripada Petrus bisa berjalan di atas air kecuali dia memusatkan matanya secara stabil terus-menerus pada Yesus, Sekarang, sudah menjadi tujuan tekad Setan untuk menggelapkan pandangan pada Yesus dan memimpin banyak orang untuk memandang pada manusia berdosa. . . . Selama bertahun-tahun gereja terus memandang pada manusia dan mengharapkan banyak dari manusia, tapi tidak memandang pada Yesus, pada siapa harapan hidup kekal kita dipusatkan.”—Testimonies to Ministers, p. 93.

b. Makin lama Petrus bersama Yesus, bagaimana dia menaksir terlalu tinggi dirinya sendiri dan ke-mampuannya sendiri untuk melawan ujian besar? Matius 26:33–35, 69–75.

“Tiada apapun yang sangat menghina Tuhan atau sangat berbahaya bagi jiwa manusia seperti kesombongan dan merasa diri cukup kuat. Dari semua dosa inilah dosa yang paling tiada harapan, paling susah disem-buhkan.”—Christ’s Object Lessons, p. 154.

“Sejarah tak seorang pun dari murid-murid yang lebih baik menggambarkan caranya Kristus dalam pelatihan selain daripada sejarahnya Petrus. Berani, agresif, dan percaya diri, cepat paham dan terdepan bertindak, cepat dalam membalas namun murah hati dalam mengampuni, Petrus sering berbuat salah, dan sering menerima te-guran. . . . Dengan sabar, dengan kasih yang tidak membeda-bedakan, Juruselamat memperlakukan muridNya yang suka terburu-buru tak sabaran, berupaya memperbaiki percaya dirinya, dan mengajarinya kerendahan hati, ketaatan, dan percaya.

“Tapi hanya sebagian pelajaran yang dipelajari. Percaya-dirinya tidak tercabut hingga akar-akarnya. . . .

“Bagi mereka semua, pengalaman Petrus punya satu pelajaran. Untuk percaya pada diri sendiri dalam hadapi ujian berarti gagal. Akibat pasti dari kejahatan yang masih tidak ditinggalkan, Kristus tidak bisa cegah. Tapi se-mentara tanganNya diulurkan untuk menyelamatkan ketika ombak dan gelombang akan menenggelamkan Petrus, begitu juga kasihNya akan menjangkau untuk menyelamatkannya ketika laut dalam akan menenggelamkan ji-wanya.”—Education, pp. 88, 89.

c. Kenapa banyak tahun dalam keanggotaan gereja tidak menjamin kekuatan iman yang lebih besar? Roma 11:20–22; 1 Korintus 10:12; 8:2. 8


Kamis 4 April

5. SEORANG RASUL YANG BERTOBAT

a. Mengapa Tuhan tidak selalu menyetop kita dari mengikuti cara kita sendiri, seraya tahu bahwa ini bisa berakhir dalam dosa dan malu? Yesaya 48:17; Lukas 22:31, 32.

“Kristus telah berkata pada Petrus, sebelum penyangkalannya pada Yesus, ‘Ketika kamu telah bertobat/insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu.’ Lukas 22:32. Kata-kata ini adalah penting bagi pekerjaan meluas dan berhasil yang mana rasul ini harus lakukan di masa depan bagi mereka yang akan datang pada iman. Bagi pekerjaan ini, pengalamannya Petrus sendiri yang berbuat dosa dan penderitaan dan pertobatan telah mempersiapkan dia. Tidak hingga dia telah mempelajari kelemahannya, dapatlah dia tahu kebutuhannya orang percaya untuk ber-gantung pada Kristus. . . . Sekarang, setelah sudah insaf dan diterima, . . . . Dia harus mengurusi kawanan dom-ba dan anak-anak domba yang dipercayakan pada pemeliharaannya selembut seperti Kristus telah memperla-kukan dia.”—The Acts of the Apostles, pp. 515, 516.

b. Bertahun-tahun kemudian, apa semangat yang Petrus yang sudah insaf berikan dalam surat-suratnya kepada para pemercaya yang berada dalam ujian kesukaran? 1 Petrus 3:14; 4:12–14.

“Surat-surat ini membawa kesan yang ditulis oleh seorang pada siapa penderitaan Kristus dan juga penghi-buranNya telah menjadi berlimpah-limpah; seorang yang manusianya seutuhnya telah berubah oleh kasih karunia, dan yang harapan hidup kekalnya sudah pasti dan sudah mantap.”—Ibid., p. 517.


Jumat 5 April

PERTANYAAN ULANGAN PRIBADI

1. Ketika saya mendengar suara Yesus memanggil dalam berbagai keadaan hidup, bagaimana saya bisa pastikan untuk menanggapi secara cepat tepat dan secara berani seperti Petrus telah lakukan?

2. Sementara jumlah tahun-tahun pengakuan saya sebagai orang Kristen makin panjang, apa yang saya mesti jangan pernah, selalu tak pernah lupakan?

3. Pada hari ini di zaman pengalihan terus-menerus, ke mana saya perlu mengarahkan sifat ingin tahu saya jika saya serius untuk diselamatkan demi hidup yang kekal?

4. Dalam segi-segi apa dalam hidup saya, saya bisa berada dalam bahaya percaya-diri dan merasa diri saya cukup kuat?

5. Ketika saya bersalah, bagaimana saya bisa menarik pelajaran-pelajaran positif dari pengalaman itu?

 <<    >>